Mengapa harus Yahudi - Sejarah dan Dampak Bangsa Yahudi dalam Perkembangan Dunia

Mengapa harus Yahudi?
"Bisa saja saya musnahkan semua Yahudi di dunia ini,tapi saya sisakan sedikit yang hidup,agar kamu nantinya dapat mengetahui mengapa saya membunuh mereka".
Pernyataan Hitler yang fenomenal tersebut merupakan jalan lain bagi masyarakat dunia untuk meyakini bahwa kerusakan dan kejahatan yang terjadi di atas muka bumi ini tidak lain disebabkan oleh bangsa Yahudi. Benarkah atau mendekati kebenaran-kah pernyataan Hitler tersebut?
 
          Secara etnis, bangsa Yahudi adalah mereka yang berasal dari keturunan Ibrani atau Nabi Yakub anak dari Nabi Ishak anak dari Nabi Ibrahim di jazirah Arab. Agama Yahudi adalah kombinasi antara sebuah agama dan suku bangsa. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang Yahudi apabila dia mengikuti Halakha (hukum-hukum agama Yahudi) yang bersumber dari Perjanjian Lama dalam Kitab Taurat yang berisi Sepuluh Perintah Allah. Namun, sejumlah kaum Yahudi liberal mereformasi aturan seseorang dinyatakan sebagai Yahudi tanpa harus memeluk agama Yahudi. Asalkan mereka mengikuti pola pikir kaum Yahudi, mengikuti kegiatan ke-Yahudi-an, dan menjadi seorang Yahudi meski ibu mereka bukan Yahudi tapi ayah mereka adalah seorang Yahudi.
 
          Secara antropologis, bangsa Yahudi kemudian berkembang ke berbagai pelosok jazirah Arab, Eropa, dan hingga ke dataran India. Dari bangsa inilah kemudian berkembang dua agama besar yaitu Kristen dan Islam, yang diturunkan oleh Rasul dari keturunan Yahudi. Kakek buyut Rasul Muhammad yaitu Qushay bin Kilab adalah anak dari Nabi Ismail yang merupakan salah satu putra dari Nabi Ibrahim, nenek moyang bangsa Yahudi (Bani Israil). Sedangkan Maryam (Bunda Maria) ibu Rasul Isa (Yesus) adalah keturunan dari Nabi Ishak saudara Nabi Ismail. Ribuan tahun berlangsung, umat dari Rasul Muhammad dan Yesus kemudian saling beradu menyatakan kebenaran masing-masing, dan "mencerca" umat konservatif leluhur mereka, yaitu bangsa dan agama Yahudi.
 
          Secara kenyataan, bangsa Yahudi asli (bapak dan ibu merupakan gen Bani Israil) memang melahirkan keturunan yang brilian secara intelektual. Salah satu yang terkenal adalah Albert Einstein penemu teori relativitas, yang lahir dari bapak dan ibu seorang Yahudi. Kemudian ada Niels Bohr penemu bom atom, yang juga merupakan keturunan Yahudi. Dan contoh lainnya adalah Adolf Hitler, seorang Yahudi yang cerdik, meskipun riwayat hidupnya dia membantai kaumnya sendiri. Atau Mark Zuckerberg, pendiri Facebook tempat saya menulis note ini.
 
           Tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa Yahudi menjadi pemimpin yang membawa pengaruh besar pada dunia dahulu dan kini. Namun pemimpin yang memilki pengaruh besar sekalipun juga dapat memberikan efek yang buruk bagi dunia, atau memaksa orang untuk terbawa pengaruhnya meski itu merugikan bagi yang mengikutinya. Kita lihat saja bagaimana bangsa Yahudi yang telah terusir dari Jerman pada jaman pemerintahan Hitler, melakukan eksodus besar-besaran ke dataran Palestina dan membangun pemukiman kecil mereka. Bangsa Palestina yang mayoritas beragama Islam memberikan keramah-tamahan yang begitu baik bagi kaum yang tengah tersiksa tersebut. Namun, seperti sudah disebutkan di atas, bangsa Yahudi terlalu cerdik untuk dalam puluhan tahun kemudian menyatakan bahwa pemukiman-pemukiman kecil yang semakin menjamuri dataran Palestina itu sebagai negara baru mereka, negara Israel. Mereka kemudian menindas bangsa yang dulunya membantu mereka saat tertindas.
 
           Insiden Palestina-Israel atau dikenal dengan Teror Gaza, mungkin menjadi alasan besar mengapa bangsa Yahudi menjadi sangat dibenci oleh dunia terutama bagi kaum muslim. Atau bagaimana bisa anggota senat Amerika Serikat yang sebagian besar adalah bangsa Yahudi menyetujui dan mendanai dari keuangan negara untuk peperangan melawan Irak dan Afghanistan dengan alasan menghapus terorisme, meskipun kita tahu bahwa itu untuk tujuan kekayaaan minyak yang berlimpah (benarkah teroris berasal dari dua negara tersebut?, atau teroris itu adalah mereka sendiri?; tidak pernah ada bukti signifikan, kecuali bukti bahwa kedua negara tersebut telah luluh lantak).
 
           Lantas bagaimana dengan kenyataan bahwa jika tidak ada Copernicus dan Galileo Galilei, apakah manusia akan tahu bahwa bumi itu bulat? (mungkin saja). Apakah jika tidak ada Wright Bersaudara, manusia tidak pernah melihat rumahnya dari atas langit?. Jika saja tidak ada Alfa Edison dan Gerard Phillips , apakah kini kita tetap memakai lilin saat malam?. Atau jika Wilhelm Wundt dan Sigmund Freud tidak lahir, apa ilmu Psikologi akan tetap bagian dari filsafat?. Kenyataan-kenyataan ini membuat kita merenung kembali pantaskah kita membenci dengan sangat bangsa Yahudi?.
 
          Kita ambil contoh yang paling krusial karena konteksnya negara Indonesia. Bayangkan jika Hitler tidak pernah ada, maka tidak akan terjadi Perang Dunia II (PD II). Jika tidak ada PD II, maka tidak akan ada terbentuk sekutu Tiga Poros (Berlin di Jerman, Roma di Italia, dan Tokyo di Jepang). Jika tidak terbentuk sekutu Tiga Poros, maka Jepang tidak mungkin berani membom pangkalan militer laut terbesar Amerika Serikat di Pearl Harbor. Karena Pearl Harbor tidak dibom, maka Amerika Serikat tidak mungkin membom atom Hiroshima dan Nagasaki. Akibat dari Hiroshima dan Nagasaki tidak dibom atom Amerika, maka tidak akan terbentuk negara Indonesia yang pada saat itu sedang dijajah oleh Jepang. Karena negara Indonesia tidak ada, maka saya sekarang mungkin adalah seorang anggota PETA atau kalau tidak seorang romusha. Ini adalah contoh krusial jika saja saya harus berterima kasih pada Hitler, seorang bangsa Yahudi.
 
          Kesimpulannya adalah tidak ada kesimpulan. Bagaimanapun, kita membenci bangsa Yahudi sebagai pembantai tak berperikemanusiaan, pencuri tanah orang lain, dan bangsa perusak lingkungan terbesar di dunia. Namun, kita juga mencintai mereka yaitu dengan menggunakan Facebook, memakai lampu neon atau bohlam, pada saat sakit menggunakan bantuan sinar X-Ray, pergi liburan dengan pesawat terbang, atau setidaknya memasak mie rebus dengan kompor gas.
 
Inilah yang menyebabkan "Mengapa Harus Yahudi?". Karena dunia inilah Yahudi sebenarnya.
Penulis: "IBBP"

Comments

Popular posts from this blog

Apakah saya Delusi? Memahami Perasaan yang tidak nyata

Humor tentang Ibu Guru yang kocak

Resonansi Melodi yang Terlupakan - Cerita Pendek

Mukidi dan janda penjaga Warung yang budeg - humor lucu

cerita lucu misteri Hantu ngakak

humor hari ini