PENGARUH IBADAH TERHADAP KEPRIBADIAN SEORANG MANUSIA

Ahoiii, jumpa kembali sanak saudara dan handai tolan semua. Lagi-lagi Wak Bahlool terpaksa menampangkan fotonya sendiri untuk melengkapi tulisan ini. Memang sudah jadi kebiasaan Wak Bahlool untuk hanya memakai foto hasil jepretan sendiri, dan sangat jarang memakai foto dari orang lain atau hasil googling. Jadi hal itu bukan untuk narsis-narsisan atau membanggakan diri dan mencari perhatian.Terus terang Uwak minta maaf jika ada yang merasa tak nyaman memandang ketampanan Wak Bahlool, dan merasa nggak enak hati dengan kebaikan-kebaikan yang beliau sampaikan, dan ketiadaan kesempatan Wak Bahlool memberi perhatian kepadanya. 

Kali ini Wak Bahlool akan menguak sebuah rahasia besar yang selama ini jarang diungkap oleh kaum agamawan, yaitu tentang pengaruh ibadah terhadap kepribadian seorang manusia. Manusia yang dimaksud di sini tentu saja seorang Abid (pelaku ibadat) yang melaksanakannya berdasarkan iman. 

Wak Bahlool tak akan berpanjang lebar menguraikan mengenai hal itu. Dengan melihat wajah penuh berkah Wak Bahlool Sang Waliyullah saja, sanak saudara sekalian tentu sudah bisa tahu. Apalagi orang yang berkesempatan membaca tulisan-tulisannya, apalagi orang yang berinteraksi dengan dirinya dalam pergaulan sehari-hari. 

Dulu, Wak Bahlool adalah orang yang tekun melaksanakan ritual dan aktifitas keagamaan. Bisa dikatakan sejak usia balita, kanak-kanak, remaja, teruna, hingga usia dewasa, hampir semua waktunya beliau habiskan untuk ibadat. Belajar mengaji dan mengajar ngaji;  mengajak dan membimbing orang-orang untuk beragama dengan baik; berkegiatan di masyarakat terutama dalam bidang sosial keagamaan; juga memberikan pelayanan terhadap siapapun yang memerlukan bantuan. Itu semua beliau lakukan dengan penuh keikhlasan. 

Maka adalah wajar, aktifitas ibadah yang beliau lakukan berpengaruh positif bagi pribadi Wak Bahlool. Pikiran yang cerah dan ide-ide beliau yang cemerlang itu bisa dipastikan berkat getolnya beliau membaca buku-buku agama terutama kitab suci dan kitab-kitab rujukan klasik, termasuk buah pikir para cendikiawan kontemporer. 

Keikhlasan beliau berbuat untuk masyarakat juga ketulusan dalam pergaulan merupakan pengaruh dari kesucian niat ibadat yang beliau lakukan. Begitu juga dengan kerendahan hati dan sikap pemaaf beliau merupakan pengaruh seringnya beliau melakukan rukuk dan sujud. 

Dari segi tutur kata dan bahasanya yang teratur, sopan dan tidak bertendensi merendahkan siapapun, juga termasuk pengaruh ibadah yang beliau rutin lakukan bertahun-tahun berupa pelafalan zikir dan kalimah thayyibah yang beliau lantunkan. 

Sebenarnya masih banyak pengaruh positif dari ibadah bagi kepribadian seseorang. Tapi yang sedikit ini saja sudah bisa dianggap mewakili gambaran perilaku seorang ahli ibadah. Andaikan seseorang belum mencapai kualitas kepribadian seperti Wak Bahlool dengan ibadahnya, dia perlu memperkuat tekad memperbaiki diri dengan peribadatan sebagai medianya. Tapi kalau kepribadiannya bertolak belakang dengan yang Wak Bahlool gambarkan, pikirannya masih picik, jiwanya sempit, tinggi hati, egois, mulutnya kasar, perilakunya barbar, sikapnya arogan, mentalnya rusak, moralnya bejat; sungguh,... dia bukan melakukan ibadat, dia hanya menipu diri dan orang lain dengan klaim-klaim kosong.***

#bahloolisme
#wakbahlool
#syufrizal
#abuikhwan
#syarief


Comments

Popular posts from this blog

Humor tentang Ibu Guru yang kocak

Membuat Virus Sederhana dengan Bahasa C++

cerita lucu misteri Hantu ngakak